CANDI 6,5 METER DI BAWAH TANAH
Indonesia merupakan negara yang kaya akan adat, seni, dan budaya, tak terkecuali dengan bangunan candi hasil maha karya orang Indonesia nan-eksotis pada jaman dulu. Mulai dari Candi Borobudur, Candi Boko dan Candi Prambanan.
Kita patut berbangga diri dengan bangunan candi itu. Kita ambil contoh Candi Borobudur, Candi Borobudur merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia semenjak tahun 1991. Sampai saat inipun Candi Borobudur tetap menjadi salah satu daya tarik wisatawan asing maupun domestik untuk berdarmawisata.
Tapi kali ini kita tidak membahas mengenai Candi Borobudur. Kali ini kita akan membahas mengenai candi yang kecil tapi cukup menarik. Apa nama candi itu? Candi itu adalah Candi Sambi Sari. Candi ini tepatnya berada di Dusun Sambi Sari, Desa Purwomartani Kecamatan Kalasan Sleman Yogyakarta atau 4 Km sebelum Candi Prambanan.
Menurut informasi yang didapat dari petugas, Marjuki, Candi Sambi Sari merupakan candi Hindhu (Syiwa). Candi ini diperkirakan dibangun pada abad IX antara tahun 812 – 838 Masehi. Menurut Prasasti Wanua Tengah III tahun 908 Masehi Raja Rakai Garung merupakan raja pendiri candi tersebut, karena raja tersebut memerintah pada tahun 828 – 846 masehi yang mendekati pada tahun dibangunnya Candi Sambi Sari. Di dalam candi terdapat patung Durga (di sebelah utara), patung Ganesha (sebelah timur), patung Agastya (sebelah selatan), dan di sebelah barat terdapat 2 patung dewa penjaga pintu: Mahakala dan Nadisywara. Di dalam candi utama, terdapat patung Lingga dan Yoni dengan ukuran cukup besar.
Candi ini ditemukan oleh seorang petani saat mencangkul sawah, tiba – tiba cangkulnya terbentur batu yang ternyata sebuah candi. Penemuan ini terjadi pada Bulan Juli 1966. Setelah itu diadakan penggalian (ekskavasi) dan pemugaran oleh Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional.
Candi memiliki satu candi induk dan tiga candi perwara tepat di depan candi induk. Candi ini menjadi menarik karena lokasinya berada enam setengah meter di bawah permukaan tanah. Diduga karena tertimbun letusan Gunung Merapi pada awal abad 11 yang meletus secara besar – besaran.
Untuk mengunjungi candi ini, kita hanya merogoh kocek lima ratus rupiah. Tapi sayang, akhir – akhir ini pasca gempa bumi terjadi penurunaan pengunjung. Sebelum gempa, anak sekolah sering mengunjungi candi ini. Setiap hari tiket yuang terjual hanya sekitar 10 – 15 tiket. Wisatawan asing juga cukup banyak yang mengunjungi candi ini. Terutama wisatawan Jepang. Candi ini ramai saat hari libur dan Hari Raya Nyepi karena banyak orang Hindhu beribadah.
Wisatawan yang sedang mengunjungi candi ini mengaku cukup tertarik dengan Candi Sambi sari. Hal ini diungkapkan oleh Rayhan salah satu pengunjung. Dia mengatakan “candi ini menarik karena lokasinya ada di bawah tanah”. Tapi berbeda dengan pengunjung lain. Ari misalnya, dia mengatakan “candi ini kurang menarik dan terkesan seperti bukan tempat wisata”.
Harapan muncul dari para pengunjung maupun petugas candi tentang candi ini. Mereka berharap agar candi ini lebih ditingkatkan promosinya atau menjadi satu paket tujuan wisata dengan candi Prambanan dan perlu ditambah dengan menjual souvenir atau cinderamata serta perbaikan penunjanag abyek wisata.

0 Response to " "